Ankor XX

madhy-adventures.blogspot.com.

Ankor XX

TWKM XXII PONTIANAK.

Tampilkan postingan dengan label Jelajah Gunung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jelajah Gunung. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Maret 2011

Gunung Balease

Gunung Balease berada pada desa bantimurung bone - bone Kabupaten Luwu utara Sulawesi Selatan, gunung ini terletak di pegunungan yang terbentang dari bone - bone ke Masamba dengan ketinggian 2894 mdpl, akan tetapi kita harus melalui gunung Tolangi dengan ketinggian 3016 mdpl. Di sinilah para pendaki sering salah sangka mengira puncak Tolangi adalah puncak Balease padahal kita mesti berjalan lagi sekitar 3 jam dan melewati beberapa gunung dan lembah .

Alasan itulah kenapa puncak Balease dikatakan puncak tersulit di Sulawesi Selatan, itu di karenakan harus melewati puncak Tolangi dimana pada jalur pendakian ini masih di penuhi hutan dengan vegetasi padat, dan pada jalur pndakian yang curam dan sulitnya sumber air sepanjang jalur ini.

Tips untuk Balease:

* Setiap orang harus siapkan jerigen 5 liter
* Bawalah kerel 50liter saja, jika 70 liter ke atas, menyangkut di jalan
* Ransum di lebihkan 2 - 3 hari
* 5 hari juga bisa, tetapi fisik dan mental harus fit
* Selalu berdoa
* Siap - siap survival
* Tanda - tanda jalur ada pita warna biru, orange, dan kuning.
* Jarang akan terpisah, karena jalurnya sangat padat vegetasi
* Naik pada musim hujan, agar selalu mendapat air
* Selalu memakai lengan panjang, sepatu, dan celana panjang, karena sepanjang jalan banyak duri rotan, dan pacet.
* Hati - hati di seruduk Anoa

Gunung Bawakaraeng

Bawakaraeng adalah suatu penamaan versi terbaru dari gunung yang disakralkan masyarakat Bugis Makassar. Bawakaraeng inilah yang kemudian diekspos secara besar-besaran oleh para antropolog, sosiolog, dan etnographer (peneliti bidang budaya, suku, dan ras) Belanda. Maksud tersembunyi dari penamaan itu agar masyarakat mengalami perubahan atau perombakan keyakinan. Sebelumnya masyarakat Patuntung meyakini bahwa Tuhan tak bias disosialisasikan atau dipersamakan dengan apapun dari mkhluk ciptaan-Nya.

Kemudian muncul keyakinan baru atau sekte sempalan Patuntung bahwa Tuhan ternyata memiliki gambaran dengan ciptaan-Nya. Persamaan itu yakni Tuhan secara konotatif memiliki mulut pada sebuah gunung. Meskipun hanya secara simbolois. Bawakaraeng adalah symbol dari persamaan Tuhan dengan ciptaan-Nya. Dari gunung itu, terdapat bagian dari Tuhan yang bias terlihat, terpegang, terinjak dan bias dipuja-puja. Bagian tersebut adalah mulut-Nya. Sekte sempalan itu berhasil dikontrol Belanda menuju suatu keyakinan keberhalaan. Penamaan Bawakaraeng adalah fundamen keberhalaan tersebut. Bawakaraeng dari segi makna dasar : “Bawa” yang berarti (mulut) dan “Karaeng” yang berarti (Tuhan). Masyarakat meyakini jika telah melihat Mulut Tuhan, maka Tuhan bukan lagi yang Maha Ghaib dan juga Maha Tunggal. Ini proses sistematis Belanda dalam kolonialisme spiritual.

Jika keyakinan masyarakat Bugis Makassar runtuh, maka semuanya akan mudah diruntuhkan. Pelan-pelan dan terencana dengan matang, belanda menyortir semua unsur keyakinan tentang Sang Maha Tunggal dan menggantinya dengan Berhala ber-Tuhan Banyak. Jika keyakinan Patuntung diruntuhkan. Maka pada akhirnya keyakinan Islam yang masih belum lama diterima oleh penganut Spiritual Patuntung akan mudah diruntuhkan pula. Sampai sekarang sekte Sempalan Patuntung itu masih ada dan melakukan ritual mistik di Gunung tersebut. Meskipun unsure ritual itu sudah diadoni dengan bumbu-bumbu ke-Islam-an, tapi karena fundamennya berasal dari keberhalaan bentukan Belanda. Maka ritual itu merupakan suatu Syirik besar, karena mempersekutukan Allah SWT.

Hanya Patuntung versi Kajang yang tidak terpengaruh oleh kolonialisme spiritual ala Bawakaraeng. Nama “Bawakaraeng” tak diakui dalam “Pasang ri Kajang” Belanda sama sekali tidak pernah menjajah atau menduduki Kajang. Tiga kerajaan besar seperti Luwu, Bone dan Gowa, bahkan secara resmi member perlindungan khusus kepada Kajang. Tiga kerajaan itu juga tidak pernah mengekspansi Kajang. Bohe amma Towa, malah menjadi penasehat spiritual di tiga kerajaan, saat terjadi perang antara Gowa dan Bone, Kajang terhindar dari pertikaian berdarah tersebut.

Gowa menganugerahi penguasa territorial Kajang dengan sebutan karaeng (orang yang dimuliakan), tapi istilah “Karaeng” hanya dipakai selama masa jabatan penguasa territorial tersebut, bila masa jabatan berakhir, berakhir pula sebuatan kekaraengan. Jadi di Kajang, tak berlaku istilah Karaeng, sebagaimana lazimnya dalam masyarakat Makassar. Meskipun dari segi wilayah dan suku, kajang masi termasuk suku Makassar, bagi mereka istilah Karaeng tak berarti apapun, kecuali hanya sebagai penghargaan kepada pemerintah. Jadi Karaeng tak pernah bias diartikan sebagai Tuhan atau sesuatu yang di per-Tuhan-kan.
Menurut BapakAbdul Kahar Muslim (Deklarator/pendiri Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dan Tokoh Adat Kajang), nama sejati dari Gunung tersebut adalah Boho Karaeng. Rincian maknanya adalah “Boho” berarti (Puncak) dan “karaeng” berarti (Kemuliaan). Meskipun namnya adalah “puncak kemuliaan” bukan berarti jika seseorang telah mendaki hingga tringulasi, bererti telah mencapai puncak kemuliaan. Istilah itu didasarkan pada spiritualitas Patuntung yang bersifat Ekologis Sentris. Sifat ini berdasarkan pada satu epicenter Teori yakni manusia, lingkungan, hewan, dan tumbuhan berada dalam satu makrokosmos dan mikrokosmos yang tak terpisahkan.

Mendaki menuju “puncak kemuliaan” berarti siapapun yang berada di Gunung tersebut harus berbuat kemuliaan dalam segala niat dan pengalaman. Pendaki tidak boleh melakukan perbuatan terlarang secara etika dan moral. Menurut beliau “Jika kamu sudah mendaki berkali-kali pada BohoKaraeng. Maka belajarlah, latihlah, dan didiklah dirimu selalu dalam kearifan dan kebijakan. Karena itulah makana inti dari kemuliaan pada puncak gunung tersebut.
Jum’at 26 maret 2004 pukul 14.00 wita selama 5 menit terjadi Longsor yang menimbun sebagian kecil persawahan dan pemukiman penduduk Dusun Lengkese (Dusun Bawakaraeng) dan perkebunan di Parangkeke (Panaikang),korban yang dinyatakan hilang berjumlah 32 orang, korban meninggal 9 orang, seorang ditemukan di Lengkese dan 8 orang ditemukan di Lermbah Lowe.
Gunung Bawakaraeng berjarak kurang lebih 75 km dari kota Makassar.Secara ekologis gunung ini memiliki posisi penting karena menjadi sumber penyimpan air untuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai.Bawakaraeng terdiri dari bukit - bukit yang berjejer megah. Bukit tertinggi memiliki tinggi sekira 2.700 meter di atas permukaan laut. Untuk mendakinya sampai ke puncak, kita harus menyusuri dua bukit dan 10 pos jalur pendakian. Pepohonan lebat beragam jenis, kabut tipis, sungai kecil, dan pelbagai keindahan alam lainnya akan menghiasi setiap jalur pendakian dari pos ke pos hingga ke puncak.

FENOMENA MISTIS

Pada 1980 - an, seorang pendaki wanita bernama Noni bunuh diri di pos 3 Bawakaraeng. Dia menggantung dirinya di sebuah pohon. Dugaan penyebabnya karena patah hati. Pohon itu masih berdiri hingga kini. Bentuknya angker, seangker kejadian di baliknya. Batangnya besar bercabang, daunnya habis tak tersisa. Bagi yang sudah mendaki Bawakaraeng, pasti kenal betul dengan pohon itu karena pohon itulah yang menjadi penanda pos 3.

Karena alasan mistis, para pendaki enggan mengabadikan pohon itu dalam bentuk foto maupun video. Bahkan mereka juga enggan singgah di pohon itu. Beberapa kesaksian menjelaskan bahwa kejadian aneh terjadi waktu mereka singgah di pohon itu: tiba - tiba hujan, angin kencang, dan lainnya, entahlah!

Beberapa pendaki juga meninggal di Bawakaraeng. Badai, suhu dingin, kelaparan, adalah sebagian dari penyebabnya. Pusara yang terpasang menjadi penanda sejarah mereka. Paling terakhir, meninggalnya dua mahasiswa Geologi Universitas Hasanuddin, Awy dan Iccank, di Pos 5 karena badai.


RITUAL DI BAWAKARAENG

Setiap hari raya Idul Adha, banyak warga dari berbagai daerah menuju ke puncak Bawakaraeng untuk melakukan salat Idul Adha dan ritual. Mereka datang sehari sebelum hari raya dan bermalam di puncak dengan bekal dan pakaian seadanya. Esok subuh, mereka pun memulai salat Idul Adha dan ritual. Mereka memberikan sesajian - sesajian untuk mencari berkah dan keselamatan: gula merah untuk mencari manisnya dunia, kelapa untuk mencari nikmatnya dunia, lilin untuk mencari terangnya dunia, dan sebagainya.

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa warga ke puncak Bawakaraeng untuk melaksanakan ibadah haji, tapi pendapat tersebut dibantah oleh Tata Rasyid, penjaga dan penolong Bawakaraeng. Dia menegaskan, " Yang benar itu warga naik ke puncak untuk lebaran haji, bukan naik haji. Naik haji itu di Mekkah."

Untuk mencapai puncak Bawakaraeng terdapat beberapa alternative jalur yang dapat ditempuh. Namun jalur Lembanna-Bawakaraeng merupakan jalur yang paling banyak dipilih oleh para pendaki. Desa Lembanna yang terletak di kaki Gunung berada di ketinggian 1400 mdpl dapat dicapai dengan perjalanan darat selama 3 jam dari kota Makassar.

Rute Pendakian: Makassar-Lembanna-Bawakaraeng
• Pendakian dimulai dari Desa Lembanna menuju Pos 1 dengan melewati perkebunan sayur penduduk dan hutan pinus dengan jarak tempuh 45 menit.
• Pos 1 menuju Pos 2, waktu tempuh waktu 45 menit.
• Pos 2 menuju Pos 3, medannya belum terlalu sulit sehingga dapat ditempuh selama 15 menit, di Pos 3 terdapat aliran sungai kecil yang jernih dan beberapa tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda.
• Pos 3 menuju Pos 4, waktu tempuh 45 menit.
• Pos 4 menuju Pos 5, waktu tempuh 60 menit, di Pos 5 terdapat sumber air.
• Pos 5 menuju Pos 6, mulai mendaki dan agak terbuka karena terdapat banyak pohon tumbang sepanjang perjalanan, waktu tempuh 60 menit.
• Pos 6 menuju Pos 7, waktu tempuh 45 menit.
• Pos 7 menuju Pos 8, waktu tempuh 60 menit, di Pos 8 terdapat sumber mata air yang dikenal dengan sebutan Telaga Bidadari.
• Pos 8 menuju Pos 9, waktu tempuh 45 menit, selama perjalanan kita dapat menikmati keindahan padang Edelweis.
• Pos 9 menuju Pos 10, waktu tempuh 30 menit, di Pos 10 terdapat Triangulasi yang menandakan Puncak Bawakaraeng pada ketinggian 2705 mdpl.

Menuju Puncak terdapat beberapa alternative :
1. Makassar-Lembanna-bawakaraeng : 3 hari PP
2. Makassar-Kanreapia-Bawakaraeng : 3 hari PP
3. Makassar-Tassoso-bawakaraeng : 3 hari PP
4. Makassar-Tabuakkang/Balantijeng-bawakaraeng : 3 hari PP
5. Makassar-Lanying/Loka Lompobattang_Bawakaraeng : 4 hari PP
6. Makassar-Lembang Bu’ne Lompobattang : 4 hari PP
7. Makassar-Majannang/Raulo Lompobattang-Bawakaraeng : 5 hari PP
8. Dll…..


"Berbagi waktu dengan alam, kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya"
(Soe Hoek Gie)


Sumber: Buletin Lembanna Edisi XI & Blantara Indonesia
Dokumentasi : Korpala Unhas


Gunung Bulusaraung

Gunung Bulusaraung merupakan salah satu gunung yang di kelola langsung oleh pemerintah setempat, gunung Bulusaraung merupakan gunung wisata yang selalu ramai dikunjungi baik masyarakat lokal maupun luar makasar sendiri yang ingin menyaksikan keindahan yang terdapat di gunung ini,gunung ini ternasuk kedalam wilayah Taman Nasional Batimurung Bulusaraung. Taman Nasional ini terbagi kedalam empat zona yaitu zona inti (sanctuary zone), zona rimba (wilderness zone), zona pemanfaatan intensif (intensive use zone), dan zona penyangga (buffer zone). Berdasarkan informasi yang didsapat oleh tim pendakian jejak lampung di sulawesi pembagian zona ini berdasarkan pada hasil pertimbangan potensi kawasan dan urgensi masing-masing zona.

          Pada Taman Nasional ini terdapat sekitar 248 species tumbuhan yang hidup dan menghuni kawasan taman nasional ini.terdapat juga jenis fauna yang endemic di temukan di kawasan ini, diantaranya adalah Kera hitam (maccaca maura) , Burung Enggang kecil (penelopides caseduik), burung Enggang besar (rhiticherius caseddik), Kupu – kupu (triodes holiptron), Kuskus Beruang (pharangerursius), musang (macrogolidia masenbraiki).
Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas Taman Nasional Batimurung Bulusaraung, Taman Nasional ini mempunyai banyak potensi pariwisata diantaranya adalah gua pattunuang dan aliran sungai patunuang yang membelah dua kawasan ini.juga ada batu besar yang dipercayai oleh masyarakat sekitar sebagai kapal kandas yang membatu (biseang labboro).yang paling menarik pada taman nasional ini terdapat unit penangkaran kupu-kupu yang dikelola oleh UKSDA sul-sel dan masyarakat setempat tempat ini dijuluki dengan wilayah kerajaan kupu-kupu,trdapat juga air terjun yng tak kalah menariknya yang selalu ramai di kunjungi masyarakat terutama pada masa liburan, serta populasi fauna endemic sulawesi.

           Dengan melihat potensi-potensi yang ada ditaman nasional ini tak heran banyak orang datang untuk mengunjungi dan melihat baik dari kalangan masyarakat,mahasiswa dan pelajar yang datang dari Sulawesi, luar Sulawesi bahkan dari luar Indonesia sendiri.
Gunung Bulusaraung berada di Kecamatan Pangkep dan kecamatan Maros.Untuk mencapai gunung ini, dari Makassar kita harus naik mobil sampai di desa Tompobulu (desa terakhir Gunung Bulusaraung) yang terletak di Kabupaten Pangkep dengan lama perjalanan adalah selama 3 jam.

          Bagi siapa saja yang akan mendaki Gunung Bulusaraung harus memasukkan surat permohonan izin pendakian ke Balai Taman Nasional Batimurung Bulusaraung minimal 3 hari sebelum pendakian. Surat izin mendaki memang wajib diurus bagi siapa saja yang akan mendaki Gunung Bulusaraung karena sejak tahun 2007, Gunung Bulusaraung sudah masuk dalam kawasan Balai Taman Nasional Batimurung Bulusaraung yang kantor pusatnya terletak di kabupaten Maros, dan di bagi dalam 2 seksi yaitu Kantor Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I di desa Kabba kabupaten Pangkep dan Kantor Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II di Kabupaten Maros.
          Gunung Bulusaraung tidak susah untuk di daki, bahkan untuk mencapai puncaknya Cuma dibutuhkan waktu 2 jam. Gunung ini mempunyai 10 pos, dan dari pos kepos Cuma di butuhkan waktu 15 menit mendaki.
Pos 1 sampai dengan pos 4 telah disediakan oleh Taman Nasional tempat untuk beristirahat berupa saung berukuran 3X3 m. Sedangkan tempat yang cocok untuk tempat Ngecamp adalah pos 9. Selain lokasi tempat ngecampnya luas, di pos 9 ini juga terdapat sumber mata air.
Dari pos 9 cuma di butuhkan waktu 15 menit untuk sampai di puncak, dengan jalan yang mendaki dan terjal karena banyak bebatuan. Di puncak gunung Bulusaraung juga terdapat tugu kecil yang menandakan puncak dan juga terdapat pemancar radio milik BTNBB.



Dokumentasi: Korpala Unhas

Puncak Rantemario


          Secara Goegrafis Gunung ini Terletak di utara daerah kabupaten Enrekang, selatan daerah TanaToraja, dan sebelah tenggara daerah Kabupaten Polewali.

AKSES KE SANA
MAKASSAR - ENREKANG - BUNTUDEA ( Baraka )
          Dari Pusat Kota Makassar Pendaki Dapat menggunakan Mobil Angkot (Pete-pete) Menuju Ke terminal Daya Dengan tarif Rp 3000/org. Dari Terminal daya langsung Carter Mobil Enrekang Rp.50.000/org yang langsung menuju ke Baraka sebuah kota kecamatan yang memakan waktu 4-5 Jam. Dari sini perjalanan dilanjutkan menuju Gura yang mamakan waktu selama 2 jam sepanjang lintasan terdapat jurang menganga dengan kedalaman 300 m, jalan tersebut sangat rentan longsor dimusim hujan, maka disini rawan sekali kecelakaan.

          Kampung Buntudea Kecamatan Baraka, kabupaten Enrekang merupakan perkampungan kecil yang berada di ketinggian 1500 Mdpl sebagi entry point. Dari sini pendaki harus berjalan kaki pada lintasan setapak yang licin dan berlumpur dengan melewati gugusan jurang yang cukup curam yang rata-rata kedalamannya 300 m dari permukaan air sungai yang mengalir direlung-relung jurang. selain itu pendaki juga akan melewati perkebunan kopi dan jagung.

RANTELEMO-POS 1
Pada star awal perjalanan pendaki akan dihadapkan pada lintasan yang menanjak dengan vegetasi pepohonan yag jarang sehingga jaika penadakian dilakukan pada siang hari akan sangat melelahkan. Dalam perjalanan menujhu pos 1 pendaki akan melintasi sekitar 7 bukit, setelah itu menurun menurun menuju sebuah sungai selebar 5 m dan harus disebrangi. Setelah menyebrangi sungai tersebut pendaki akan dihadapkan kembali pada sebuah bukit dengan tanjakan yang cukup curam membentang sepanjang 100 m. setelah itu barulah pendaki tiba di pos 1.

POS II - POS III
Pos II terletak di ketinggian 1998 Mdpl, kondisi daerah ini cukup sempit, dengan luas dataran 2x3 m. Namun dem,ikian sangat kondusif untuk bermalam karen a terdapat sebuah sungai. Selepas pos II pendaki akan berjalan menuju lembah yang dalam selama 1 jam dan kembali menapaki tebung yng curam, sepanjang rute ini pendaki dianjurkan waspada karena lintasan ini merupakan yang terberat. setelah itu lintasan sudah mulai tidak berat. menuju pos II diperlukan waktu 2 jam.

Pos III - POS IV
Sepanjang lintasan pos III - IV, medannya menanjak secara stabil sehingga sangat melelahkan dan menjemukkan, namau sepanjang perjalanan banyak terdapat tanaman anggrek liar yang dapat menyedapkan mata.

POS IV - POS V
Pos V berada di ketinngian 2.700 Mdpl. Area sekitarnya dikelilingi oleh pepohonan berukuran besar. Menuju pos VI hawa mulai terasa dingin namun jalur tetap menanjak.

POS VI - POS VII
Di pos VI medan sudah memasuki vegetasi pepohonan subAlpin yang mulai mengecil dan kerdil. Untuk menuju ke pos selanjutnya pendaki harus menapaki empat bukit kecil yang memiliki padang terbuka, selam 1-2 jam.

POS VII - PUCAK RANTE MARIO



           Pos VII berada diarea yang terbuka pada ketinggian 3478 Mdpl. Dari area ini pendaki dapat melakukan summit attack menuju puncak pada pagi hari. Waktu tempuh untuk sampai di pos terakhir adalah 45-60 menit. dari pos terakhir ini puncak Rante Mario masih belum tampak. medan menuyju puncak sangatlah berdebu dan panas saat musim kemarau. Kira-kira 30 menit perjalanan puncak tertinngi di Sulawesi ini barulah kelihatan. Setiba dipuncak pendaki dapat menyaksikan bentangan alam Latimojong yang berbukit-bukit eksostis.



Dokumentasi: Korpala Unhas

Lembah Ramma

Sebuah lembah luas berumput di kaki gunung Bawakaraeng. Dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki dengan medan yang mendaki dan menurun bersama dengan pohon pinus yang siap menemani selama 3-4 jam dari Desa Lembanna. Bukit dan gunung yang memagari menjadi pemandangan yang menarik di tempat ini. Siang hari langit biru menyelimuti dengan awan indahnya sedangkan malam hari lembah ini berselimut hitam dan taburan bintang. Anak sungai di mana-mana, airnya segar mengalahkan minuman bermerk.
Tiap hari Sabtu dan Minggu, Lembah Ramma ramai didatangi kelompok-kelompok pencinta alam dan mahasiswa. Biasanya, kelompok pencinta alam ke Ramma melalui Kampung Lembanna, Kelurahan Bulu Tana, Kecamatan Tinggi Moncong. Jalur yang cukup landai dengan sajian pemandangan yang sangat indah membuat lembah ini, menjadi lokasi favorit kelompok pencinta alam untuk berakhir pekan.
Lokasinya tersembunyi di antara lereng terjal. Cocok buat si petualang sejati. Perjalanan menuju Lembah Ramma harus menembus kawasan hutan, Awalnya, jalan setapak yang dilalui ini sama dengan jalur yang digunakan menuju puncak Gunung Bawakaraeng yang terkenal. Tapi setibanya di pertigaan diantara pos 1 ke pos 2 belok jalur kanan, bertandakan Batu Besar yang diatasnya bertuliskan Ramma.
Setibanya di puncak sebuah bukit, Anda bisa menikmati keindahan alam yang terpampang di depan mata. Dari sini pula mulai tampak lembah yang berwarna hijau membentang luas, yang dibelah sebuah sungai kecil. Sangat mengagumkan!

Saat menuruni bukit diperlukan kewaspadaan dalam memilih pijakan. Selain agak terjal, jalur ini juga dipenuhi bebatuan. Salah memilih pijakan, bisa menyebabkan kaki tergelincir- bahkan terkilir. Dengan jalan berhati-hati, kurang dari setengah jam Anda akan menjejakkan kaki di dasar lembah. Tibalah Anda di ketenangan dan ketentraman atmosfir Lembah Ramma.
Seluruh komponen alamnya berupa padang rumput yang luas, sungai kecil, telaga, dan air terjun, membentuk panorama alam yang menakjubkan. Lereng gunung yang mengelilinginya berdiri kokoh bak dinding benteng yang siap melindungi lembah ini.
Selain pesona alam. Lembah Ramma juga menyimpan keunikan lain. Lembah yang berada di ketinggian sekitar 1.600 mdpl ini, dijadikan lahan penggembalaan oleh penduduk setempat. Mereka melepas sapi atau kuda dan meninggalkannya dalam waktu lama.

Dokumentasi : Korpala Unhas